Tingginya keuntungan usaha peternakan telur ayam ditentukan oleh dua hal yang penting, yaitu harga jual telur dan kemampuan ayam untuk bertelur.
Namun, ada kalanya ayam petelur tidak bertelur sama sekali dalam jangka waktu tertentu sehingga membuat omset usaha ikut menurun. Kuantitas telur yang turun dapat menjadi tanda bagi peternak bahwa ada yang tidak beres dengan ayam peliharaan mereka.
Sebenarnya ada berbagai macam faktor mengapa ayam tidak mau bertelur. Faktor yang mempengaruhi ayam bisa dari kesehatan diri mereka sendiri maupun dari lingkungan yang tidak mendukung.
Berikut ini adalah beberapa penyebab ayam petelur tidak mau bertelur seperti biasanya.
1. Penyakit
Faktor internal yang menyebabkan ayam petelur tidak bertelur adalah terjangkit penyakit. Ayam berhenti bertelur kemungkinan memiliki kondusi tubuh yang tidak prima atau immunosupresif.
Keadaan ini mengakibatkan ayam yang terjangkit infeksi penyakit sekunder yang berakibat langsung pada rusaknya saluran reproduksi.
Lebih spesifik lagi, ada penyakit yang memang menyerang organ reproduksi sehingga berhenti untuk memproduksi telur. Beberapa penyakit yang menyerang organ reproduksi pada ayam antara lain adalah EDS, ND, IB, CRD, AI dan colibacillosis.
Penyakit EDS dapat menyebabkan kerabang telur menjadi sangat tipis sehingga telur akan mudah pecah. Sedangkan penyakit ND dan IB dapat menurunkan kualitas kerabang dan bagian dalam telur serta dapat merusak saluran produksi.
Oleh sebab itu, ada baiknya untuk memastikan penyakit yang diderita ayam dengan melakukan uji laboratorium. Selain itu dibutuhkan tindakan pencegahan seperti
- penggunaan bibit yang sehat sejak awal
- pemberian vaksin secara teratur
- sanitasi kandang yang baik
- penerapan biosecurity dengan pengelolaan pemeliharaan yang baik
2. Ayam petelur mengalami stres
Sama seperti halnya manusia yang tidak produktif saat banyak pikiran, ayam juga tidak mampu bertelur jika mereka mengalami stres. Stres pada ayam petelur dapat terjadi dengan adanya manejemen peternakan yang buruk.
Selain itu, pergantian pakan dan lingkungan yang tidak mendukung dapat membuat ayam semakin stres sehingga akan dengan mudah terinfeksi penyakit.
Saat stres tubuh ayam akan mengalami penurunan kekebalan atau imunosupresif sehingga penyakit akan lebih mudah menyerang. Dari jenisnya, ayam layer secara genetik akan lebih mudah mengalami stres dan sangat peka terhadap pakan yang berubah.
Stres yang tidak segera diatasi akan membuat produksi telur semakin lama semakin menurun dan tidak menutup kemungkinan ayam akan berhenti bertelur secara permanen.
Untuk mengatasinya, selain memperbaiki pengelolaan, pakan dan lingkungan, pemberian multivitamin juga dapat dijadikan pilihan. Pastikan juga ayam tidak kedinginan, kepanasan, kandang tidak terlalu padat, tidak ada parasit dan lingkungan tidak bising.
3. Rontok bulu
Sering disebut dengan molting, rontok bulu adalah proses alami ayam petelur yang sudah berproduksi cukup lama. Proses molting ini akan berlangsung kurang lebih 4 bulan lamanya.
Hanya saja proses molting dapat dipersingkat dengan metode force molting atau metode paksa yang hanya menghabiskan waktu 6 hingga 8 minggu. Penggunaan metode ini dapat menyebabkan berat badan ayam turun dan produksi telur yang juga menurun drastis hingga tidak bertelur sama sekali.
Untuk mengembalikan performa ayam, maka setelah proses force molting ini maka ayam segera diberi ransum komplit secara normal dan konsisten agar berat badan naik secara bertahap. Selain itu perlu diberikan suplemenn seperti vitamin B kompleks, A, D, E, asam amino dan beberapa variasi mineral untuk pembentukan bulu ayam.
Tambahan Aminovit, Strong Egg ingga Mineral Feed Supplement sejak hari ke 31 hingga pada masa afkir kedua dapat membantu percepatan tumbuhnya bulu ayam. Sekaligus dapat mengurangi stres ayam dan mempercepat produksi telur berkualitas lebih tinggi.
4. Pakan yang tidak tepat
Manajemen pakan yang berubah atau tidak tepat juga dapat mempengaruhi kuantitas produksi telur ayam. Ketidaktepatan pengelolaan tersebut antara lain pemberian pakan yang salah dan pengurangan takaran atau pembatasan pakan yang menyebabkan ayam kekurangan gizi hingga bobot yang tidak memenuhi standar.
Untuk itulah kontrol berat badan dilakukan secara berkala. Pengontrolan berat badan untuk mengecek pakan yang telah dikonsumsi dapat dilakkan setiap minggu saat fase starter, untuk fase grower dilakukan pengecekan 2 minggu sekali.
Sementara itu, untuk fase layer perlu dilakukan sebulan sekali sehingga ayam dapat segera dievaluasi apabila mengalami pelambatan pencapaian bobot badan yang baik. Hal ini dikarenakan berat badan yang kurang dapat menghambat produksi telur.
Pemberian pakan yang memenuhi kandungan nutrisi dapat memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan produksi telur seekor ayam. Saat masa pullet maka ayam harus diberi grit untuk stimulasi pembesaran tembolok.
Grit juga dapat menjadi cadangan kalsium saat ayam berada di fase bertelur atau layer. Pada fase layer ini tentu protein akan lebih banyak dibutuhkan dibandingka fase grower. Pengurangan pakan harus dihindari terutama saat puncak produksi.
5. Kualitas pullet dan ayam petelur yang tidak baik
Kualitas pullet yang baik akan berpengaruh pada keberhasilan ayam petelur saat berproduksi. Buruknya kualitas pullet dapat membuat proses produksi telur tidak konsisten dan bahkan juga bisa lebih cepat berhenti berproduksi.
Kontrol pengelolaan harus diprioritaskan terutama di 5 minggu pertama atau pada masa starter. Pada fase starter akan terjadi proses perbanyakan sel dan pertumbuhan organ penting seperti misalnya oragan pernapasan, reproduksi, kekebalan dan juga pencernaan.
Di sisi lain, pada minggu tersebut juga diperlukan perhatian lebih untuk penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan organ reproduksi pada ayam.
Baca juga: Modal Usaha Ternak Ayam Petelur 100 Ekor
6. Umur ayam petelur
Ayam petelur dapat berproduksi selama dua siklus masa bertelur di mana setelah dua atau tiga tahun akan mengalami penurunan produktivitas. Namun perlu diketahui bahwa hal ini sangat bervariasi untuk tiap individu.
Akan terjadi kondisi yang berbeda pada setiap strain ayam. Semakin tua umur ayam maka akan semakin menurun produksi telur mereka.
Ayam petelur yang memiliki produksi tinggi akan bertelur selama 50 hingga 60 minggu tiap masa siklus bertelur. Jeda siklus tersebut adalah masa istirahat yang sering disebut dengan molting atau rontok bulu.
7. Lelah kandang
Lelah kandang yang dialami oleh ayam petelur biasa terjadi pada ayam yang dipelihara di dalam kandang baterai. Disebut juga dengan cage layer atau osteoporosis, lelah kandang sebenarnya juga dapat dialami oleh ayam petelur dengan kandang lantai litter.
Kenapa bisa terjadi hal ini? Karena ayam kekurangan kalsium, fosfor dan vitamin D.
Pada saat proses pembentukan kerabang telur maka secara otomatis ayam akan membutuhkan kalsium dalam jumlah banyak dengan melakukan penyerapan kalsium di tulang tubuhnya.
Secara normal, kalsium yang sudah terambil akan diganti dengan kalsium pada ransum atau pakan. Hanya saja proses ini tidak akan berlangsung dengan normal jika tubuh ayam memang sudah kekurangan kalsium, fosfor dan vitamin D.
Akibatnya, ayam akan mengalami tulang keropos. Terlebih lagi kondisi dapat lebih parah untuk ayam yang tinggal di kandang baterai dengan pergerakan minimal. Sehingga ayam yang lelah kandang akan menghentikan produksi telur.
Beberapa gejala umum lelah kandang adalah lumpuh, patah tulang, bentuk tulang yang berbah dan kerabang telur yang retak. Cara mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan mineral feed suplement dan juga vitamin.
Baca juga: DOC Ayam Petelur Berkualitas
Penutup
Demikianlah beberapa penyebab ayam petelur tidak mau bertelur. Termasuk faktor internal seperti penyakit, hingga faktor eksternal seperti keadaan kandang.
Pengelolaan yang baik untuk ternak ayam petelur sangatlah penting agar ayam bisa terus bertelur setiap harinya. Semoga bermanfaat!